Makam Sultan Hasanuddin
Makam Sultan Hasanuddin , obyek wisata sejarah
terletak di komplek pemakaman raja-raja Gowa di Katangka Somba Opu Gowa
Sulawesi Selatan. Di tempat yang sama dimakamkan pula Sultan Alauddin (Raja
yang mengembangkan agama Islam pertama di Kerajaan Gowa) dan disebelah kiri
depan komplek makam, terdapat lokasi tempat pelantikan raja Gowa yang bernama
Batu Pallantikan. Akses ke kawasan Makam Sultan Hasanuddin sangat dekat
dari Kota Makassar ,menggunakan kendaraan darat 30 menit

Sultan Hasanuddin (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Januari 1629 – meninggal
di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 ) adalah Raja Gowa ke-16 dan
pahlawan nasional Indonesia yang terlahir dengan nama I Mallombasi Muhammad
Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe. Setelah memeluk agama Islam,
ia mendapat tambahan gelar Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana,
hanya saja lebih dikenal dengan Sultan Hasanuddin saja. Karena keberaniannya,
ia dijuluki De Haantjes van Het Oosten oleh Belanda yang artinya Ayam
Jantan/Jago dari Benua Timur. Ia dimakamkan di Katangka, Makassar.
Diangkat sebagai Pahlawan Nasional dengan Surat
Keputusan Presiden No. 087/TK/1973, tanggal 6 November 1973.
Sultan Hasanuddin putera kedua dari Sultan
Malikussaid, Raja Gowa ke-15. Sultan Hasanuddin memerintah Kerajaan Gowa,
ketika Belanda yang diwakili Kompeni sedang berusaha menguasai perdagangan
rempah-rempah. Gowa merupakan kerajaan besar di wilayah timur Indonesia yang
menguasai jalur perdagangan.
Pada tahun 1666, di bawah pimpinan Laksamana Cornelis
Speelman, Kompeni berusaha menundukkan kerajaan-kerajaan kecil, tetapi belum
berhasil menundukkan Gowa. Di lain pihak, setelah Sultan Hasanuddin naik
takhta, ia berusaha menggabungkan kekuatan kerajaan-kerajaan kecil di Indonesia
bagian timur untuk melawan Kompeni.
Pertempuran terus berlangsung, Kompeni menambah
kekuatan pasukannya hingga pada akhirnya Gowa terdesak dan semakin lemah
sehingga pada tanggal 18 November 1667 bersedia mengadakan Perdamaian
Bungaya di Bungaya. Gowa merasa dirugikan, karena itu Sultan Hasanuddin
mengadakan perlawanan lagi. Akhirnya pihak Kompeni minta bantuan tentara ke
Batavia. Pertempuran kembali pecah di berbagai tempat. Hasanuddin memberikan
perlawanan sengit. Bantuan tentara dari luar menambah kekuatan pasukan Kompeni,
hingga akhirnya Kompeni berhasil menerobos benteng terkuat Gowa yaitu Benteng
Sombaopu pada tanggal 12 Juni 1669. Sultan Hasanuddin kemudian mengundurkan
diri dari takhta kerajaan dan wafat pada tanggal 12 Juni 1670.
Sultan Hasanuddin lahir tahun 1629, menjadi raja tahun
1652, meletakkan jabatan tahun 1668 dan wafat tanggal 12 Juni 1670. (
catatan di Makam Sultan Hasanuddin) ,Dimakamnya jg tertera nama Mallombasi
Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe Mohammad Bakir yang merupakan nama kecil
Sultan Hasanuddin
Makam Sultan Hasanuddin Gowa di
puncak bukit terbuka Tamalate yang ada dari Kelurahan Katangka, Somba Opu,
Kabupaten Gowa. Kompleks makam yang cukup luas itu berjarak hanya sekitar 10
menit dari kompleks Makam Arung Palakka.
Makam Sultan Hasanuddin, Pahlawan Nasional karena
peranannya dalam berperang melawan tentara Belanda, berada di tempat terbuka
tanpa cungkup dalam deretan makam Raja-Raja Gowa lainnya. Saat itu menjelang
tengah hari dan tak terlihat ada orang yang berjaga di makam.
Kompleks makam Raja-Raja Gowa ini ada dua bagian
yang dipisahkan oleh sebuah pendopo. Hanya beberapa pohon berukuran sedang yang
ada di sekitar makam, dan tidak cukup rindang untuk memberi perlindungan bagi
pengunjung terhadap sengat matahari Sulawesi Selatan yang tidak memiliki belas
kasihan.
Pemandangan pada jalan masuk menuju ke dalam
kompleks Makam Sultan Hasanuddin Gowa, dengan tengara makam di bagian depan
luar, dan bangunan pendopo cukup besar terlihat di latar belakang foto. Di
dalam pendopo itu ada sebuah patung Sultan Hasanuddin, serta lukisan potretnya
yang digantungkan pada dinding ruangan yang cukup tinggi.
Di pinggir kiri luar kompleks makam terdapat batu Tomanurung atau Batu
Pallantikan, tempat Raja-Raja Gowa mengambil sumpah. Sultan Hasanuddin
dinobatkan ketika berusia 22 tahun, menggantikan ayahnya yang bernama Sultan
Malikussaid. Ibundanya, I Sabbe Lokmo Daeng Takontu, berasal dari keluarga
kerajaan di Laikang.
Patung Sultan Hasanuddin, dengan makam Raja-Raja
Gowa terlihat di belakangnya. Patung itu diletakkan di bangunan utama yang di
tengah kompleks makam. Sultan Hasanuddin, yang juga dikenal sebagai Mallombassi
Daeng Mattawang Karaeng Bontomangape, adalah Raja Gowa XVI, dan merupakan raja
yang paling dikenal luas di luar wilayah Sulawesi Selatan.
Sultan Hasanuddin lahir pada 1629, turun tahta
pada 1668 dan wafat 1670. Ia mendapat gelar Pahlawan Nasional pada 16 November
1973. Makam Sultan Alauddin, Raja Gowa XIV, dengan lorong persegi di dasarnya,
ada di dalam kompleks makam ini. Sultan Alauddin adalah Raja Gowa yang berperan
besar dalam penyebaran ajaran Islam di Kerajaan Gowa.
Bendera Merah Putih berkibar di kompleks Makam
Sultan Hasanuddin Gowa yang hampir semua kijingnya dibuat dari batu yang unik
dan megah. Pada 1654, ia mengirim armada tempur berkekuatan 100 kapal untuk
membantu rakyat Maluku melawan armada Belanda di bawah komando De Vlamingh Van
Oudshoorn. Pertempuran besar ini dikenal sebagai Perang Hongi.
Pada tahun 1655, kembali kedudukan Belanda di Buton diserang oleh pasukan sang
Sultan yang akhirnya berhasil membebaskan Buton dan Tobea dari tangan Belanda.
Pada tahun 1660, armada Gowa kembali berperang melawan 22 kapal perang Belanda
yang berkekuatan 1.764 orang di bawah komando John Van Dam yang datang dari
Batavia.
Makam Sultan Hasanuddin Gowa ini berada di
sekitar bagian tengah kompleks makam, dengan sebuah patung ayam jantan
bertengger di atas makamnya. Sultan Hasanuddin memang dikenal sebagai raja
dengan julukan Ayam Jantan dari Timur, untuk menghormati keberanian dan
kegigihannya dalam melawan hegemoni Belanda.
Pada Juli 1667, Gowa diserang dengan hebat oleh
armada laut Belanda di bawah pimpinan Speelman, yang mendapat dukungan
raja-raja Ternate, Tidore, Bacan, Buton dan Bone dalam perang darat yang
dahsyat. Ketika terdesak hebat, Perjanjian Bungaya pun terpaksa ditandatangani
pada 18 November 1667, untuk mencegah korban yang lebih besar.
Perjanjian Bungaya mengakhiri dominasi kekuasaan
Kerajaan Gowa di Sulawesi Selatan. Demikianlah, kita mesti belajar dari
sejarah, bahwa konflik diantara pusat kekuasaan hanya akan menguntungkan
kekuatan asing yang akan menjadi penguasa sesungguhnya. Mereka yang tidak
belajar dari kesalahan masa lalu akan cenderung mengulanginya, sering dengan
cara yang lebih buruk.
Lokasi Makam Sultan Hasanuddin Gowa
Alamat: Puncak bukit Tamalate, Kelurahan Katangka, Kecamatan Somba Opu,
Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Lokasi GPS -5.192501, 119.451835,
Waze.
Jam buka sepanjang hari. Harga tiket masuk gratis. Terdekat: Makam
Arung Palakka, Museum
Balla Lompoa, Peta Wisata
Makassar. Galeri (21 foto): 1.
Jalan Masuk s/d 21.
Belakang Area.
Dalam kitab
Patuntung, ada aturan yang menyebutkan penggunaan warna khusus bagi tingkatan
usia wanita yang akan mengenakan baju dodo ini. Aturan warna tersebut antara
lain:
·
Warna jingga
dipakai oleh perempuan umur kurang dari 10 tahun.
·
Warna jingga
dan merah darah dipakai oleh perempuan umur 10 hingga 14 tahun.
·
Warna merah
darah dipakai oleh untuk 17 hingga 25 tahun.
·
Warna putih
dipakai oleh para inang dan dukun. Warna hijau dipakai oleh puteri bangsawan.
·
Warna ungu
dipakai oleh para janda.
Sumber: http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/05/pakaian-adat-sulawesi-selatan.html
Disalin dari Blog Adat Tradisional.
Disalin dari Blog Adat Tradisional.
Makam Sultan Hasanuddin
Makam Sultan Hasanuddin , obyek wisata sejarah
terletak di komplek pemakaman raja-raja Gowa di Katangka Somba Opu Gowa
Sulawesi Selatan. Di tempat yang sama dimakamkan pula Sultan Alauddin (Raja
yang mengembangkan agama Islam pertama di Kerajaan Gowa) dan disebelah kiri
depan komplek makam, terdapat lokasi tempat pelantikan raja Gowa yang bernama
Batu Pallantikan. Akses ke kawasan Makam Sultan Hasanuddin sangat dekat
dari Kota Makassar ,menggunakan kendaraan darat 30 menit

Sultan Hasanuddin (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Januari 1629 – meninggal
di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 ) adalah Raja Gowa ke-16 dan
pahlawan nasional Indonesia yang terlahir dengan nama I Mallombasi Muhammad
Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe. Setelah memeluk agama Islam,
ia mendapat tambahan gelar Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana,
hanya saja lebih dikenal dengan Sultan Hasanuddin saja. Karena keberaniannya,
ia dijuluki De Haantjes van Het Oosten oleh Belanda yang artinya Ayam
Jantan/Jago dari Benua Timur. Ia dimakamkan di Katangka, Makassar.
Diangkat sebagai Pahlawan Nasional dengan Surat
Keputusan Presiden No. 087/TK/1973, tanggal 6 November 1973.
Sultan Hasanuddin putera kedua dari Sultan
Malikussaid, Raja Gowa ke-15. Sultan Hasanuddin memerintah Kerajaan Gowa,
ketika Belanda yang diwakili Kompeni sedang berusaha menguasai perdagangan
rempah-rempah. Gowa merupakan kerajaan besar di wilayah timur Indonesia yang
menguasai jalur perdagangan.
Pada tahun 1666, di bawah pimpinan Laksamana Cornelis
Speelman, Kompeni berusaha menundukkan kerajaan-kerajaan kecil, tetapi belum
berhasil menundukkan Gowa. Di lain pihak, setelah Sultan Hasanuddin naik
takhta, ia berusaha menggabungkan kekuatan kerajaan-kerajaan kecil di Indonesia
bagian timur untuk melawan Kompeni.
Pertempuran terus berlangsung, Kompeni menambah
kekuatan pasukannya hingga pada akhirnya Gowa terdesak dan semakin lemah
sehingga pada tanggal 18 November 1667 bersedia mengadakan Perdamaian
Bungaya di Bungaya. Gowa merasa dirugikan, karena itu Sultan Hasanuddin
mengadakan perlawanan lagi. Akhirnya pihak Kompeni minta bantuan tentara ke
Batavia. Pertempuran kembali pecah di berbagai tempat. Hasanuddin memberikan
perlawanan sengit. Bantuan tentara dari luar menambah kekuatan pasukan Kompeni,
hingga akhirnya Kompeni berhasil menerobos benteng terkuat Gowa yaitu Benteng
Sombaopu pada tanggal 12 Juni 1669. Sultan Hasanuddin kemudian mengundurkan
diri dari takhta kerajaan dan wafat pada tanggal 12 Juni 1670.
Sultan Hasanuddin lahir tahun 1629, menjadi raja tahun
1652, meletakkan jabatan tahun 1668 dan wafat tanggal 12 Juni 1670. (
catatan di Makam Sultan Hasanuddin) ,Dimakamnya jg tertera nama Mallombasi
Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe Mohammad Bakir yang merupakan nama kecil
Sultan Hasanuddin
Makam Sultan Hasanuddin Gowa di
puncak bukit terbuka Tamalate yang ada dari Kelurahan Katangka, Somba Opu,
Kabupaten Gowa. Kompleks makam yang cukup luas itu berjarak hanya sekitar 10
menit dari kompleks Makam Arung Palakka.
Makam Sultan Hasanuddin, Pahlawan Nasional karena
peranannya dalam berperang melawan tentara Belanda, berada di tempat terbuka
tanpa cungkup dalam deretan makam Raja-Raja Gowa lainnya. Saat itu menjelang
tengah hari dan tak terlihat ada orang yang berjaga di makam.
Kompleks makam Raja-Raja Gowa ini ada dua bagian
yang dipisahkan oleh sebuah pendopo. Hanya beberapa pohon berukuran sedang yang
ada di sekitar makam, dan tidak cukup rindang untuk memberi perlindungan bagi
pengunjung terhadap sengat matahari Sulawesi Selatan yang tidak memiliki belas
kasihan.
Pemandangan pada jalan masuk menuju ke dalam
kompleks Makam Sultan Hasanuddin Gowa, dengan tengara makam di bagian depan
luar, dan bangunan pendopo cukup besar terlihat di latar belakang foto. Di
dalam pendopo itu ada sebuah patung Sultan Hasanuddin, serta lukisan potretnya
yang digantungkan pada dinding ruangan yang cukup tinggi.
Di pinggir kiri luar kompleks makam terdapat batu Tomanurung atau Batu
Pallantikan, tempat Raja-Raja Gowa mengambil sumpah. Sultan Hasanuddin
dinobatkan ketika berusia 22 tahun, menggantikan ayahnya yang bernama Sultan
Malikussaid. Ibundanya, I Sabbe Lokmo Daeng Takontu, berasal dari keluarga
kerajaan di Laikang.
Patung Sultan Hasanuddin, dengan makam Raja-Raja
Gowa terlihat di belakangnya. Patung itu diletakkan di bangunan utama yang di
tengah kompleks makam. Sultan Hasanuddin, yang juga dikenal sebagai Mallombassi
Daeng Mattawang Karaeng Bontomangape, adalah Raja Gowa XVI, dan merupakan raja
yang paling dikenal luas di luar wilayah Sulawesi Selatan.
Sultan Hasanuddin lahir pada 1629, turun tahta
pada 1668 dan wafat 1670. Ia mendapat gelar Pahlawan Nasional pada 16 November
1973. Makam Sultan Alauddin, Raja Gowa XIV, dengan lorong persegi di dasarnya,
ada di dalam kompleks makam ini. Sultan Alauddin adalah Raja Gowa yang berperan
besar dalam penyebaran ajaran Islam di Kerajaan Gowa.
Bendera Merah Putih berkibar di kompleks Makam
Sultan Hasanuddin Gowa yang hampir semua kijingnya dibuat dari batu yang unik
dan megah. Pada 1654, ia mengirim armada tempur berkekuatan 100 kapal untuk
membantu rakyat Maluku melawan armada Belanda di bawah komando De Vlamingh Van
Oudshoorn. Pertempuran besar ini dikenal sebagai Perang Hongi.
Pada tahun 1655, kembali kedudukan Belanda di Buton diserang oleh pasukan sang
Sultan yang akhirnya berhasil membebaskan Buton dan Tobea dari tangan Belanda.
Pada tahun 1660, armada Gowa kembali berperang melawan 22 kapal perang Belanda
yang berkekuatan 1.764 orang di bawah komando John Van Dam yang datang dari
Batavia.
Makam Sultan Hasanuddin Gowa ini berada di
sekitar bagian tengah kompleks makam, dengan sebuah patung ayam jantan
bertengger di atas makamnya. Sultan Hasanuddin memang dikenal sebagai raja
dengan julukan Ayam Jantan dari Timur, untuk menghormati keberanian dan
kegigihannya dalam melawan hegemoni Belanda.
Pada Juli 1667, Gowa diserang dengan hebat oleh
armada laut Belanda di bawah pimpinan Speelman, yang mendapat dukungan
raja-raja Ternate, Tidore, Bacan, Buton dan Bone dalam perang darat yang
dahsyat. Ketika terdesak hebat, Perjanjian Bungaya pun terpaksa ditandatangani
pada 18 November 1667, untuk mencegah korban yang lebih besar.
Perjanjian Bungaya mengakhiri dominasi kekuasaan
Kerajaan Gowa di Sulawesi Selatan. Demikianlah, kita mesti belajar dari
sejarah, bahwa konflik diantara pusat kekuasaan hanya akan menguntungkan
kekuatan asing yang akan menjadi penguasa sesungguhnya. Mereka yang tidak
belajar dari kesalahan masa lalu akan cenderung mengulanginya, sering dengan
cara yang lebih buruk.
Lokasi Makam Sultan Hasanuddin Gowa
Alamat: Puncak bukit Tamalate, Kelurahan Katangka, Kecamatan Somba Opu,
Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Lokasi GPS -5.192501, 119.451835,
Waze.
Jam buka sepanjang hari. Harga tiket masuk gratis. Terdekat: Makam
Arung Palakka, Museum
Balla Lompoa, Peta Wisata
Makassar. Galeri (21 foto): 1.
Jalan Masuk s/d 21.
Belakang Area.